Wednesday 8 June 2016

Nay's Adventures : Piknik Ke Tung Lung Chau





PIKNIK KE TUNG LUNG CHAU : Memaknai perjalanan bersama teman seperguruan

Menjadi salah satu Buruh Migran Indonesia yang bekerja di Hong Kong merupakan sebuah anugerah yang Tuhan berikan bagi siapa saja yang bisa memanfaatkan waktu luang di tengah kesibukan bekerja. Apalagi pemerintah Hong Kong memberikan hak libur seminggu sekali. Hal ini mendorong adanya berbagai kegiatan positif dalam rangka menghabiskan waktu liburan tersebut. Bagi yang senang belajar, ada banyak kursus-kursus. Diantaranya: kursus menjahit, kursus make up, kursus bahasa Inggris dan masih banyak lagi. Bagi yang suka berorganisasi, di Hong Kong bertebaran berbagai organisasi dengan aktivitas-aktivitas yang beragam. Ada pula yang menghabiskan waktu liburnya dengan wisata keliling Hong Kong. Menjelajah tiap lekuknya, menikmati indahnya kebingharan dan keheningan kota Hong Kong.
Tung Lung Island atau yang dikenal pula dengan sebutan Nam Tong Island adalah sebuah pulau yang terletak di ujung Clear Water Bay di New Territories Hong Kong. Pulau yang tidak berpenghuni ini secara administratif adalah milik Distrik Saikung. (www.wikipedia.com)

Saya beserta teman seperguruan (baca: kuliah) mengadakan perjalanan ini dalam rangka piknik pasca UAS. Sehabis bertempur dengan soal-soal, otak membutuhkan suatu penyegaran. Maka, dipilihlah Tung Lung Chau karena track perjalanan terbilang mudah dan cocok untuk pemula.
Pada akhir pekan, layanan transportasi tersedia dari Sam Ka Tsuen Ferry Pier dari Yau Tong exit A2. Tiket pulang pergi seharga HKD 45. Namun, kami lebih memilih rute dari Sai Wan Ho Ferry Pier. Kami hanya turun di MTR Sai Wan Ho exit A1, belok kanan, jalan lurus sekitar 15 menit hingga menemui dermaga, dan sebuah kapal ferry kecil akan membawa kami melintasi lautan menuju Tung Lung Island. Namun ingat, ada waktu-waktu tertentu baik keberangkatan maupun kepulangan.
Jadwal untuk hari Minggu dan libur resmi, tarif ongkos pulang pergi sebesar HKD 55
Dari Sai Wan Ho
08.30
09.45
11.00
14.15
15.30
16.45
Dari Tung Lung Island
09.00
10.20
13.45
15.00
16.00
17.30

Selama kurang lebih 45 menit dimanjakan dengan angin laut, akhirnya tiba di dermaga Tung Lung Chau. Sebelum melakukan perjalanan, saya dan teman-teman yang ikut tak lupa berdoa terlebih dahulu agar diselamatkan dari awal hingga akhir perjalanan.
Perjalanan pun dimulai …
Mata kami tak henti memandang paparan keindahan yang disuguhkan alam. Apalagi Minggu itu cuaca begitu mendukung. Langit biru menghiasi angkasa. Meski panas terik, namun keceriaan teman-teman seperti menghapus cucuran keringat yang mengalir dari pelipis.
Setelah beberapa menit berjalan, kami bertemu dengan sebuah bukit yang dinamakan Hen Hill. Hen adalah bahasa Inggris yang berarti induk ayam. Ya, sebab apabila dilihat dari kejauhan lalu kita berimajinasi, maka puncak Hen Hill yang sebenarnya adalah bongkahan batu besar itu menyerupai induk ayam yang sedang bertengger di puncak. Namun percayalah, ketika kita sudah menginjakkan kaki di atas batu Hen Hill, mulut tak henti berdecak kagum. Di utara, penglihatan kita diserbu oleh pemandangan dari Clear Water Bay Peninsula dan Joss House Bay. Sejauh mata memandang, biru dan biru. Menakjubkan. Belum lagi di daerah barat, Hong Kong Island menjadi latar pemandangan yang tak kalah menakjubkan.
Hen Hill

Menikmati udara dari puncak Hen Hill




Puas mengabadikan momen indah tersebut bersama teman, kami pun melanjutkan perjalanan. Dari Hen Hill berjalan menuruni bukit. Kanan kiri kami adalah tanaman pendek-pendek. Bayangkan Anda berada di perkebunan teh di Bandung. Nah, seperti itulah kami melintasi tanaman-tanaman tersebut. Kami berjalan di jalan setapak yang membelah tanaman. Disarankan memakai celana panjang saat melakukan perjalanan ini atau nasib teman saya yang baret-baret karena tergores dahan kering tanaman akan Anda alami. Akhirnya setelah melewati perkebunan itu, kami menemukan jalan mudah dilalui. Tujuan kami selanjutnya adalah Tung Lung Fort Special Area.
Dari timur laut pulau, sekitar 20 menit perjalanan dari dermaga terdapat area untuk orang-orang yang suka berkemah. Area perkemahan itu sebenarnya adalah sisa-sisa Tung Lung Chau Fort yang dibangun antara tahun 1662 dan 1722 itu digunakan sebagai benteng untuk mempertahankan pulau dari bajak laut. 
Pohon Pinus di Area Perkemahan

Saat itu, sinar mentari sedang berada di puncaknya. Kami memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon pinus yang letaknya masih di sekitar area perkemahan. Sambil membuka bekal makan siang masing-masing, saya dan teman-teman berebut canda dan cerita.
Ternyata, tak jauh dari kami beristirahat, di bawahnya terdapat semenanjung. Ombaknya kecil namun batu karangnya tinggi menjulang. Kami pun berfoto di sana dengan latar lautan biru yang indah. Sebelum melakukan perjalanan ini, saya baca di Wikipedia sebagai panduan. Di Tung Lung Chau juga terdapat area yang bisa digunakan untuk panjat tebing, lho. Tapi tentunya hanya boleh dilakukan bagi mereka yang sudah ahli saja. 
Laut di Bawah Pohon Pinus

Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat indah yang harus dikunjungi. Ada tempat bersejarah Dinasti Era, Radio Station, Helipad (tempat mendaratnya helikopter), The Summit (puncak tertinggi) yaitu sekitar 232 di atas permukaan laut. Namun belum bisa kami kunjungi satu persatu dikarenakan keterbatasan waktu.
Sekitar jam 2 siang, kapal datang menjemput kami. Senyum kepuasan tampak di wajah lelah saya dan teman-teman. Waktu tidak akan bisa datang lagi, kesempatan kedua mungkin tak akan seindah kesempatan pertama. Bagi saya, perjalanan itu tak hanya perjalanan biasa. Sebab ketika Anda bersama teman yang saling bahu membahu dalam hal kebaikan, momen indah inilah yang akan menjadi bekal cerita kita untuk disampaikan kepada teman, saudara, anak dan keluarga ketika ‘perjalanan sesungguhnya’ kita akhiri. Lantas, kita pun bisa dengan bangga berkata, “betapa beruntungnya saya!” (Riana Dewi)
 

Biru dan Biru
 


*Tulisan ini pernah dimuat di Berita Indonesia, koran lokal berbahasa Indonesia yang terbit di Hong Kong

1 comment:

  1. sudah dua kali baca blog ini ...belum cukup rasanya ...

    ReplyDelete