Wednesday 1 June 2016

NayBergokil : Telo oh Telo




Cerita ini asli saya alami. Setelah saya tulis, alhamdulillah berhasil dimuat di Koran APAKABAR edisi #19 tahun IX. Rumangsamu piye nak dadi aku ki? Wong Sundo tapi akeh kanca wong Jowo. Hahhaha

Telo oh Telo
Oleh : Riana Dewi

Sebelum bekerja pada majikan ini, aku pernah bekerja pada PaKaNek alias pasangan kakek nenek yang tinggal di North Point. Nenek orangnya cerewetnya pakai beudh. Udah gitu pelitnya minta duit. Udah gitu, bahasa yang dipakai sehari-hari itu adalah bahasa Hokien. Gimana gak mumet coba? Jauh banget dari apa yang kupelajari di penampungan. Tapi untungnya, ada kakek baik hati dan tidak sombong yang ternyata orang Jawa Surabaya yang sudah lama tinggal di Tiongkok. Beliau di Hong Kong hanya menikmati masa tua. Aku seorang mojang priangan. Tapi kalau pemirsa bertanya dari mana aku bisa bahasa Jawa? Ya, jawabnya adalah kakek. Meski rada ribet belajar bahasa Hokien dan Jawa dalam satu waktu, tapi demi dollar, apapun akan kulakukan. Dadi, ojo ngapusi aku yo …. #praktek
Sedari awal, agen bilang agar aku harus belajar cepat bahasa Hokien yang mana di rumah itu, Neneklah yang berkuasa. Jadi, di hari-hari pertama kerja, aku mulai belajar mengingat kosa kata bahasa Hokien. Caranya adalah dengan mencatatnya pada note yang selalu kubawa di saku beserta pulpen. Aku pun mulai bisa memahami bahasa Hokien walau cuma sedikit. Seperti, ciak : makan, buy chai : belanja, dheng : sup, chang sui : mandi, dll.
Malamnya, sambil melepas lelah, aku menelepon Kak Fika. Biasaa … hehe. Laporan gitu. Abisnya, kakak yang kenal gede di Hong Kong ini sangat sayang banget sama akyuh gityu. Jadi padanya, kuceritakan tentang apa yang terjadi di rumah tersebut.
“Kak, kosa kata bahasa Hokienku nambah lagi euy.” Curhatku padanya.
“Oh, ya? Apa saja coba?” tanyanya.
“Tadi nenek nunjuk ubi dan dia nyebut telo. Aku jadi tahu kalau bahasa Hokien ubi itu telo.”
Setelah menyelesaikan kalimatku, Kak Fika yang biasanya memujiku malah tertawa terbahak-bahak di sana. Aku bingung.
“Rina, telo itu bukan bahasa Hokien.Tapi Bahasa Jawa tahu. Kamu kena tipu nenek. Hahaha …” Ralatnya, kemudian tertawa lagi.
Mendengar itu, aku pun ikut tertawa walau dalam hati dongkol juga. Ugh, mana tahu kalau telo itu bahasa Jawa. Wong aku orang Sunda jeeehhh ….



No comments:

Post a Comment