Cerita ini asli saya alami. Setelah saya tulis, alhamdulillah berhasil dimuat di Koran APAKABAR edisi #19 tahun IX. Rumangsamu piye nak dadi aku ki? Wong Sundo tapi akeh kanca wong Jowo. Hahhaha
Telo oh Telo
Oleh : Riana Dewi
Sebelum
bekerja pada majikan ini, aku pernah bekerja pada PaKaNek alias pasangan kakek
nenek yang tinggal di North Point. Nenek orangnya cerewetnya pakai beudh. Udah
gitu pelitnya minta duit. Udah gitu, bahasa yang dipakai sehari-hari itu adalah
bahasa Hokien. Gimana gak mumet coba? Jauh banget dari apa yang kupelajari di
penampungan. Tapi untungnya, ada kakek baik hati dan tidak sombong yang
ternyata orang Jawa Surabaya yang sudah lama tinggal di Tiongkok. Beliau di
Hong Kong hanya menikmati masa tua. Aku seorang mojang priangan. Tapi kalau
pemirsa bertanya dari mana aku bisa bahasa Jawa? Ya, jawabnya adalah kakek.
Meski rada ribet belajar bahasa Hokien dan Jawa dalam satu waktu, tapi demi
dollar, apapun akan kulakukan. Dadi, ojo
ngapusi aku yo …. #praktek
Sedari
awal, agen bilang agar aku harus belajar cepat bahasa Hokien yang mana di rumah
itu, Neneklah yang berkuasa. Jadi, di hari-hari pertama kerja, aku mulai
belajar mengingat kosa kata bahasa Hokien. Caranya adalah dengan mencatatnya
pada note yang selalu kubawa di saku beserta pulpen. Aku pun mulai bisa
memahami bahasa Hokien walau cuma sedikit. Seperti, ciak : makan, buy chai :
belanja, dheng : sup, chang sui : mandi, dll.
Malamnya,
sambil melepas lelah, aku menelepon Kak Fika. Biasaa … hehe. Laporan gitu.
Abisnya, kakak yang kenal gede di Hong Kong ini sangat sayang banget sama akyuh
gityu. Jadi padanya, kuceritakan tentang apa yang terjadi di rumah tersebut.
“Kak,
kosa kata bahasa Hokienku nambah lagi euy.”
Curhatku padanya.
“Oh,
ya? Apa saja coba?” tanyanya.
“Tadi
nenek nunjuk ubi dan dia nyebut telo. Aku jadi tahu kalau bahasa Hokien ubi itu
telo.”
Setelah
menyelesaikan kalimatku, Kak Fika yang biasanya memujiku malah tertawa terbahak-bahak
di sana. Aku bingung.
“Rina,
telo itu bukan bahasa Hokien.Tapi Bahasa Jawa tahu. Kamu kena tipu nenek.
Hahaha …” Ralatnya, kemudian tertawa lagi.
Mendengar
itu, aku pun ikut tertawa walau dalam hati dongkol juga. Ugh, mana tahu kalau
telo itu bahasa Jawa. Wong aku orang Sunda jeeehhh ….
No comments:
Post a Comment