Sebagai
Warga Negara Indonesia yang baru menetap kembali setelah beberapa tahun
meninggalkan tanah air tercinta demi mencari nafkah keluarga di Hong Kong,
tentu ada banyak hal yang berubah. Secara langsung, perubahan tersebut
mendorong saya agar segera beradaptasi dengan cepat. Salah satu faktor adaptasi
adalah mengenai masalah transportasi.
Seperti
negara maju lainnya, Hong Kong sudah difasilitasi oleh sarana transportasi yang
canggih dan tertata. Banyak orang memilih angkutan umum seperti Mass Transit Railway (MTR), bus, tram,
dan mikrolet. Bahkan untuk jarak dekat, masyarakat Hong Kong lebih suka jalan
kaki. Jangan salah jika ada orang Indonesia berkunjung ke sana dan tercengang
begitu melihat langkah-langkah kaki yang cepat.
Ya,
ini semua berkat kebiasaan yang ditanamkan oleh pemerintah yang tentunya
didukung penuh oleh masyarakatnya. Dengan pola tertata tersebut, selama saya di
Hong Kong, jarang sekali saya menemui kemacetan signifikan. Arus transportasi
lancar, aman dan nyaman. Bahkan, jika ada bus yang mogok/terjadi kesalahan
teknis, dalam hitungan menit, bus pengganti akan segera tiba. Mereka sungguh
tahu, bahwa waktu adalah uang, bahwa menunggu adalah sesuatu yang sangat
menyebalkan. #eh
Lain
Hong Kong, lain Indonesia. Jangan
tanya seperti apa sistem transportasi di Indonesia karena kawan sudah pahami
betul bagaimana. Beberapa minggu di Indonesia, saya mulai kelimpungan soal
transportasi. Bukan salah saya juga jika memilih lokasi yang jauh dari pusat
keramaian sehingga kesulitan trasnportasi. Meski sekarang booming ojek online yang
bisa antar langsung ke lokasi tanpa khawatir nyasar, kalau sering banget pakai
jasa tersebut mah lama-lama tabungan
saya abis atuh. Untuk itulah, saya berencana membeli sepeda
motor yang akan membantu saya piknik tipis-tipis.
Sebagai
emak-emak yang dari sananya ditakdirkan ngirit, membeli sepeda motor bekas
adalah ide yang paling ajib. Keuntungan membeli sepeda motor bekas itu selain
bisa dicoba dulu, harga yang ditawarkan pun murah dan terjangkau. Kalau motor
gak sreg di hati, kan bisa dibatalin. Misal harga asli motor 14 juta, harga
motor bekas 8 juta. Nah, kan ngirit 6 juta tuh. 6 juta tersebut bisa
dialokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat atau dibelikan kebutuhan
rumah lainnya. Beda dengan beli baru. Udah mah gak bisa dicoba, harganya mahal,
apalagi dicicil, proses surat menyurat yang butuh waktu, kalau nyesel, masa iya
sih dijual lagi.
Jadilah
saya bertekad membeli motor bekas. Namun, ternyata membeli motor bekas itu gak
segampang membalikkan telapak tangan. Apalagi mencari barang bekas yang masih
kayak baru, beuuhh, seribu banding sepuluh kali. Kayak baru itu seperti bodinya
masih mulus, spidometer masih rendah, gak banyak aksesori tambahan. Penting
pula untuk melihat kapan motor itu dibeli. Kalau motornya keluaran 10 tahun
yang lalu meski harganya murah mah
ya, mending jangan. Jangan-jangan baru dipakai sebulan sudah turun mesin. Siapa
yang rugi coba? Bukan untung tapi bunting. Heuheu …Tapi bukan saya jika gak
dicoba dulu sampai ketemu.
Tips membeli motor bekas
pertama yang saya lakukan ketika ingin membeli motor bekas adalah siapkan
budgetnya. Saya tidak berpikir model apa sebab baik motor matic, dua tak, pitak
atau kopling sekalipun, Insya Allah saya bisa. *Gaya dikit hahaha
Hal
kedua yang saya lakukan adalah bertanya ke tetangga, kerabat dekat, ibunya
teman anak saya yang pada suka nongkrong kalau jam jemput sekolah. Logikanya
begini, jika meminta bantuan kepada mereka, masa iya sih, bakal dipilihin motor
yang abal-abal alias gak layak pakai. Jika begitu, berarti tetangga, kerabat
dekat, ibunya teman anak saya yang pada suka nongkrong kalau jam jemput sekolah
itu ternyata tukang tegaaaaa.
Usaha
lain adalah kamu bisa datangi dealer
motor bekas. Tapi untuk tips ini, saya gak rekomendasikan ya. Soalnya
menurut saya, jatuhnya tetap aja mahal. Demi pencarian motor, saya sudah survey
ke 3 dealer motor bekas. Dan begitu hasilnya meski banyak pilihan berjejeran. Hehehe.
Pusing juga ya.
Ikhtiar
lain yang lakukan adalah dengan mendownload
aplikasi jual beli barang bekas atau yang dikenal aplikasi OLX Indonesia. Di aplikasi tersebut,
banyak sekali barang bekas yang ditawarkan. Dari mulai rumah, mobil, motor
bahkan sampai perabot rumah tangga. Jadi tiap harinya saya punya pekerjaan
khusus, yaitu pantangin terus aplikasi tersebut biar saya bisa pilih motor yang
sesuai kriteria. Cari yang sekitaran daerah tempat tinggal kamu biar gak
kejauhan kalau mau lihat barangnya dan tawar menawar harga.
Mencari
di aplikasi ini, kamu jangan sampai tertipu dan terbuai oleh oknum-oknum yang
memanfaatkan aplikasi. Contohnya saja ketika saya nemu motor dengan harga
miring pakai banget. Dari deskripsi sepertinya yahud punya. Tapi begitu ditanya
ke si penggugah foto yang katanya bekerja sebagai dokter pindahan dari Jakarta
di rumah sakit terkenal Lampung (orangnya kirim foto KTP dan tanda pengenal
lain), jawabnya motor dibawa ke Lampung. Di Lampung gak dipakai karena sudah
disediakan kantor. Lihainya, dia menawarkan 50:50. Pembeli harus membayar dulu
setengahnya baru motor dikirim ke alamat pembeli. Tapi setelah saya kroscek ke
rumah sakit, memang ada nama tersebut tapi Pak Dokter itu jujur kalau dia gak
pernah merasa menjual motor. Sudah dipastikan ini adalah oknum penipu.
Belum
lagi ada yang ngaku Polisi. Katanya sedang ada tugas dinas di Bandung gak bisa
pulang ke Depok dalam waktu dekat. Motornya dibawa. Ditanya Bandung mana biar
keluarga yang lihat, jawabnya udah dijual ke tadi yang nawar. Kan kelihatan
banget ngelesnya. Duhh …
Finally,
setelah pencarian cukup panjang. Di sebuah pagi yang indah, saya menemukan
motor murmer dengan spesifikasi idaman, baru beberapa menit yang lalu
diunggah. Bodi terlihat mulus, spidometer masih rendah karena jarang dipakai,
baru dibeli 9 bulan yang lalu, mesin dan aksesori masih original, warnanya
hitam dan harganya pun sesuai dengan kocek. Mantap suratab pokoknya. Tanpa
menunggu lama, segera saja saya komunikasi dengan penjualnya dan berniat ingin
melihat kondisi motor dan memastikan kebenaran deskripsi yang ia gambarkan.
Hoax or no. Begituuu …
Di
antar abang ojek online, saya pun
mendatangi rumah penjualnya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Di
perjalanan, si abang tanya mau ke mana. Saya ceritakan aja jujur. Karena saya
cewek, apalagi baru beberapa minggu di Indonesia, perihal motor, sebenarnya
saya blank. Saya pun meminta bantuan
si abang untuk memeriksa kualitas motor bekas tersebut. Untung si abangnya baik
hati. Begitu tiba di lokasi, kakak yang punya motor tidak ada. Tugas
dilimpahkan ke adiknya yang saat itu lagi ada di rumah. Si abang bantu saya cek
motor. Spesifikasi yang dideskripsikan sesuai banget dengan kenyataan. Saya
juga suka. Pas dinyalain, mesinnya halus. Maka saya coba menawarnya. Sayangnya,
si yang punya gak mau dikurangi lagi, saya bilang pikir-pikir dulu mau rembugan
sama keluarga. Tak lupa saya foto motor tersebut untuk dipamerkan ke keluarga
saya.
Setelah
sampai di rumah, kakak sepupu dukung 100%. Jadilah saya menghubungi kembali si
Mpunya motor. Saya bilang setuju dengan harga terakhir penawaran dan memintanya
mengantar ke rumah karena saya belum bisa bawa motor, untuk masalah pulangnya
biar dipesankan ojek online. Untungnya si Mpunya motor setuju. Saya sengaja
memberi alamat rumah kakak sepupu biar suaminya bisa mengecek untuk yang kedua
kalinya sebelum saya kasih uangnya. Malam itu jadilah malam terpanjang
penantian.
Jam
9 malam kurang, ada motor yang berhenti di rumah kakak sepupu. Gak lama
kemudian, suara langkah mendekat ke arah pintu yang sedari tadi dibuka.
“Assalamu’alaikum,”
sapanya.
“Wa’alaikumsalam,”
jawab saya.
“Ibu
Rina?” tanyanya sopan.
“Ya,
saya?”
“Saya
Toni, Bu, yang jual motor di OLX.”
Saya
langsung tercengang. Pemilik motor itu ternyata orangnya ganteng. Hahaha …