Monday 8 May 2017

Pelajaran Berharga Tentang Salat dari Teman



 


Nama perempuan berbalut hijab itu bernama Devi Widya Putri Inggraini. Umurnya baru 23 tahun. Saya kenal ketika saya liputan peresmian MI Al Bayan Mandiri di Pamijahan, Bogor. Devi sendiri menjadi panitia acara. Dan karena saat itu kami melakukan tugas masing-masing, sempat sapa ketika makan siang saja dan itupun tak sempat ngobrol banyak.

Singkat cerita, tempat di mana Devi bekerja butuh seorang reporter. Jadilah saya melamar di sana dan Alhamdulillah diterima. Devi ternyata anaknya periang, kocak, dan banyak omong. Tipe-tipe abegeh kekinian namun Devi ini tipe abegeh kekinian yang positif dan kreatif. Perempuan asal Wonosobo inipun Korea addict loh. Kalau saya udah nonton episode terbaru dari drama terbaru, dia kadang menjerit. Katanya pengen nonton. Tapi karena tugas dia yang lebih banyak dari saya, belum lagi sering ikut rapat sampe malam, udah capek duluan. Katanya lebih baik tidur. Hahhaahaha. Ya, begitulah Devi. 

Akhirnya kami jadi akrab. Alhamdulillah-nya lagi, Devi gak sungkan memercayakan kisahnya ke saya. Sayapun berusaha menjadi pendengar yang baik dan berusaha memberikan saran dan kritik jika diminta. Atas dasar itu, kadang saya pun suka curhat perihal apapun. Seperti kemarin. Mungkin tanpa dia sadari, celotehannya membuat saya tercenung. 

Jadi…, kami memiliki jadwal ‘datang bulan’ hampir bersamaan. Devi sehari lebih dulu dari saya. Ketika dia sudah bisa melaksanakan salat, dia girang bukan main. 

“Tahu gak, Mbak, aku mandi jam berapa?” tanya Devi.
“Gak tahu,” jawabku singkat, ngasal lagi.
“Jam 1 malam!”
“Busyeeett, kenapa gak paginya aja?” tanya saya.
“Kemarin kan ada acara sampe malem, pulang ke kostan itu jam 1, aku pikir kan mumpung masih ada Isya, makanya aku mandi aja.” 

Reaksiku saat itu mungkin biasa saja. Tapi serius, ucapannya membekas dalam benak saya. Devi-rela-mandi-jam-1-malam-demi-tidak-melewatkan-salat-Isya (tulisan sengaja saya bold). Di saat orang lain banyak alasan agar tidak menunaikan shalat yang sudah menjadi kewajiban, tetapi perempuan yang satu ini malah tak menjadikan itu sebagai halangan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. 

Begitulah Allah memainkan peran. Dari celotehan Devi, perempuan yang belum lama saya kenal itu, saya menjadi paham, jika Allah menginginkan kita mendekat dan lebih baik, pastinya akan ada hal-hal kecil yang selalu mengingatkan dan membuat hati kita berdesir.


No comments:

Post a Comment