Monday 7 November 2016

Serunya Acara Bilik Sastra VOI Award 2016. Juri Irwan Kelana: Cerpen Yang Dipilih Adalah Cerpen Dengan Konflik Kuat

Pembukaan acara: Tari Merak oleh Mahasiswi Unindra

Pagi yang tenang itu tiba-tiba terusik begitu saya buka email lalu mendapatkan undangan dari salah satu program acara kece yang mana karya saya pernah dikirim ke sana, tahun 2015 lalu. Program itu bernama Bilik Sastra yang diadakan oleh Voice of Indonesia, Radio Republik Indonesia. Melalui blog www.pipitsenja.net, Bilik Sastra adalah sebuah program VOI RRI yang mengedepankan sastra migran, membincangkan karya berupa cerpen, kisah inspirasi dari WNI yang bermukim di luar negeri. Program ini digagas oleh Kabul Budiono dan Pipit Senja sendiri di penghujung tahun 2010, diluncurkan secara resmi untuk pertama kalinya siara langsung di gedung Pusat Dokumentasi HB Jassin Taman Ismail Marzuki, Januari 2011. Dengan kata lain, tahun 2016 adalah tahun kelima penyelenggaraan award tersebut.

Jadi, bagi siapapun yang sedang berada di luar negeri, boleh mengirimkan cerpen andalannya ke email voirri@gmail.com. Kamu tinggal tunggu konfirmasi via email dari crew untuk memberitahukan bahwa cerpen akan dibacakan dan diulas. Nah, pada hari itu, biasanya kamu akan ditelepon langsung, ditanya proses dibalik penggarapan atau apapun itu oleh penyiar, suara kamu mengudara dan kamu bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan pendengar dari penjuru dunia yang sedang mendengar acara tersebut. Setiap tahunnya, dari cerpen-cerpen yang masuk tersebut akan disaring lalu ditentukan pemenangnya.

Singkatnya, Minggu pagi tanggal 6 November 2016, saya memenuhi undangan tersebut. Karena bakalan ribet jika naik kendaraan umum, teman menyarankan agar naik ojek online. Meski sempat terjebak macet di daerah Cinere, Pondok Indah dan Gandaria, Alhamdulillah saya hanya telat 10 menit dari waktu yang ditentukan di surat undangan.

Pukul 11.40 WIB saya sampai di Hotel Santika Premier. Saya pun segera bertanya kepada bapak resepsionis di mana ruang Betawi 2. Untunglah acara belum dimulai. Malah saya dikasih souvenir dan kupon makan siang. Saya pun dipersilahkan makan dulu di restoran di lantai 2. Memang saya sengaja mengosongkan perut untuk diisi dengan makanan aduhai enak ala resto. Udik? Bodo. Hehehe …. Namun kesempatan itu tidak serta merta saya manfaatkan dengan melahap banyak makanan. Faktor utamanya adalah saya malas makan sendirian. Apalagi di tengah orang asing. Inilah salah satu kekurangan saya. Saya kurang pandai tepe-tepe. Lantas, saya hanya memakan buah-buahan dan beberapa jenis masakan saja.
Lokasi acara
Makaaaann

Pada pukul 12.00 WIB, acara pun dimulai. FYI, untuk tahun ini, ada beberapa keistimewaan yang tidak dirasakan di tahun sebelumnya, yakni:
  •  Bunda Pipit Senja selaku salah satu pengasuh Bilik Sastra menegaskan bahwa ada 38 cerpen bagus yang terpilih. Menurutnya, 38 cerpen tersebut layak untuk dibukukan. Namun karena ketentuan yang harus dipatuhi, maka terpilihlah 20 cerpen terbaik. Btw, saya masuk di dalamnya lhoo. #bangga. Dari 20 cerpen itu lantas dipilih oleh juri Bapak Irwan Kelana dan Bapak Syarifudin Yunus menjadi 3 pemenang. Berikut adalah nama pemenangnya:

-          Pemenang 1, Justto Lasoo dengan karya berjudul Ayah (Taiwan)
-     Pemenang 2, Yesi Armand Sha dengan karya berjudul Langit Berwarna Hitam (Hong Kong)
-          Pemenang 3, Erna Eruna dengan karya berjudul Seiris Prasangka (Turki).
Selamat buat pemenang ya! Kalian berhasil mencambuk saya. :D
  •  Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H dalam sambutannya mengungkapkan bahwa untuk Bilik Sastra Award 2016 mendapat kemajuan. Bila tahun lalu hanya 2 pemenang saja, maka untuk tahun ini ada 3 pemenang yang diundang dan diakomodasi. Selain itu, penyerahan award-nya juga dilakukan di hotel bukan di RRI-nya. 

  • Sambutan Bapak Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H


Pada sesi dialog interaktif yang bisa didengar di aplikasi RRI World Service yang bisa diunduh di playstore atau streaming http://voi.co.id, Nova Kasim selaku moderator sempat bertanya kepada juri mengenai kriteria cerpen yang menjadi juara. Irwan Kelana menjawab, cerpen yang dipilih adalah cerpen yang memiliki konflik kuat. Dengan membacanya, pembaca seperti terhanyut ke dalam kisah yang disuguhkan. Selain itu, cerpen yang memiliki pesan moral juga menjadi satu pertimbangan besar untuk bisa dibacakan dan menjadi nominator. Seperti cerpen berjudul Ayah yang ditulis oleh Justto Lasoo yang keluar sebagai pemenang 1. Cerpen tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang tidak tahu di mana dan wajah Sang Ayah.
 
Kak Justto saat penerimaan award

Menyaksikan semua acara dari awal sampai akhir membuat semangat menulis saya kembali berkobar. Pasalnya, entah mengapa, setibanya kembali ke Tanah Air, saya menjadi kurang produktif menulis. Bawaannya malassss rrruar biasa. Dikatakan masa transisi dari Hong Kong ke Indonesia? Enggak juga, sih. Itu mah hanya alasan yang saya buat-buat saja sepertinya. Tapi yaa, saya gak sepenuhnya menyalahkan diri sendiri. Adakalanya seseorang itu berada di titik jenuh dalam hidupnya.

Oh, iya, di acara tersebut diundang pula Kak Ahmad Fuadi lho. Tahu kan, siapa dia? Ya, dia adalah penulis novel 5 Menara yang terkenal itu. Sempat foto bareng, tapi entah di kamera siapa. Huhuhuhu #nangis kejer.
Tak lupa, Kak Ahmad Fuadi memberikan tips khusus sukses yang kamu bisa baca dari novel yang pernah ditulisnya. Apa saja? Simak ya …
1.      Man jadda wa jada, artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
2.      Man shabara zhafira, artinya siapa yang  bersabar maka ia akan beruntung
3.      Yang ini saya lupa kalimatnya bagaimana. Tapi intinya mah tentang kekonsistenan dalam berusaha.
Jleb banget, bukan? Hati saya sakit setelah cambukan yang bertubi dari sana sini.

Acara berakhir pukul 14.00 WIB. Satu hal yang saya rasakan atas acara kemarin adalah syukur. Yang hadir di acara tersebut itu terbatas dan saya termasuk salah satu yang terbatas itu. Alhamdulillah banget, kan? Saya jadi berpikir, mungkin inilah cara Allah untuk memantik semangat saya yang sempat padam. Diawali dengan tulisan ini, saya pun ingin menulis kembali. Bismillah …

Sekali lagi, selamat ya, untuk para pemenangnya!


Berikut oleh-oleh dari Hotel Santika Premier

Dari kiri ke kanan : Justto Lasoo, Yesi Armand Sha, Erna Aruna

Salah satu souvenir: kumpulan cerpen bilik sastra VOI 2015

Selpie with Yesi

Suasana ruangan Betawi 2

Bersama Bunda Pipit Senja
Kiri ke kanan: Yesi, Mbak Wati, Pak Prapto dan saya yang imut
Kak Ahmad Fuadi saat menerima plakat kenang-kenangan

5 comments:

  1. alhamdulilaah beruntung sekali mbak .
    terima kasi infonya .

    oya, pesan A. Fuadi klo ga salah satunya, " Man Saraa ala darbi washola." ada di kitab Mahfudhot .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuuu kirim cerpen terbaiknya. Semoga tahun depan giliran Mbak yang dipajang di situ. Aamiin

      Delete
  2. aamiin ...
    cerpen mbk Rina yang masuk 10 besar, udh dshare blog blum? mau baca hehe

    ReplyDelete