Pembukaan acara: Tari Merak oleh Mahasiswi Unindra |
Pagi
yang tenang itu tiba-tiba terusik begitu saya buka email lalu mendapatkan
undangan dari salah satu program acara kece yang mana karya saya pernah dikirim
ke sana, tahun 2015 lalu. Program itu bernama Bilik Sastra yang diadakan oleh
Voice of Indonesia, Radio Republik Indonesia. Melalui blog www.pipitsenja.net,
Bilik Sastra adalah sebuah program VOI RRI yang mengedepankan sastra migran,
membincangkan karya berupa cerpen, kisah inspirasi dari WNI yang bermukim di
luar negeri. Program ini digagas oleh Kabul Budiono dan Pipit Senja sendiri di
penghujung tahun 2010, diluncurkan secara resmi untuk pertama kalinya siara
langsung di gedung Pusat Dokumentasi HB Jassin Taman Ismail Marzuki, Januari
2011. Dengan kata lain, tahun 2016 adalah tahun kelima penyelenggaraan award tersebut.
Jadi,
bagi siapapun yang sedang berada di luar negeri, boleh mengirimkan cerpen
andalannya ke email voirri@gmail.com.
Kamu tinggal tunggu konfirmasi via email dari crew untuk memberitahukan bahwa
cerpen akan dibacakan dan diulas. Nah, pada hari itu, biasanya kamu akan
ditelepon langsung, ditanya proses dibalik penggarapan atau apapun itu oleh
penyiar, suara kamu mengudara dan kamu bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan
pendengar dari penjuru dunia yang sedang mendengar acara tersebut. Setiap
tahunnya, dari cerpen-cerpen yang masuk tersebut akan disaring lalu ditentukan
pemenangnya.
Singkatnya, Minggu pagi tanggal 6
November 2016, saya memenuhi undangan tersebut. Karena bakalan ribet jika naik
kendaraan umum, teman menyarankan agar naik ojek online. Meski sempat terjebak
macet di daerah Cinere, Pondok Indah dan Gandaria, Alhamdulillah saya hanya
telat 10 menit dari waktu yang ditentukan di surat undangan.
Pukul 11.40 WIB saya sampai di
Hotel Santika Premier. Saya pun segera bertanya kepada bapak resepsionis di
mana ruang Betawi 2. Untunglah acara belum dimulai. Malah saya dikasih souvenir
dan kupon makan siang. Saya pun dipersilahkan makan dulu di restoran di lantai
2. Memang saya sengaja mengosongkan perut untuk diisi dengan makanan aduhai
enak ala resto. Udik? Bodo. Hehehe …. Namun kesempatan itu tidak serta merta
saya manfaatkan dengan melahap banyak makanan. Faktor utamanya adalah saya
malas makan sendirian. Apalagi di tengah orang asing. Inilah salah satu
kekurangan saya. Saya kurang pandai tepe-tepe. Lantas, saya hanya memakan
buah-buahan dan beberapa jenis masakan saja.
Lokasi acara |
Makaaaann |
Pada
pukul 12.00 WIB, acara pun dimulai. FYI, untuk tahun ini, ada beberapa
keistimewaan yang tidak dirasakan di tahun sebelumnya, yakni:
- Bunda Pipit Senja selaku salah satu pengasuh Bilik Sastra menegaskan bahwa ada 38 cerpen bagus yang terpilih. Menurutnya, 38 cerpen tersebut layak untuk dibukukan. Namun karena ketentuan yang harus dipatuhi, maka terpilihlah 20 cerpen terbaik. Btw, saya masuk di dalamnya lhoo. #bangga. Dari 20 cerpen itu lantas dipilih oleh juri Bapak Irwan Kelana dan Bapak Syarifudin Yunus menjadi 3 pemenang. Berikut adalah nama pemenangnya:
-
Pemenang 1, Justto Lasoo dengan karya
berjudul Ayah (Taiwan)
- Pemenang 2, Yesi Armand Sha dengan karya
berjudul Langit Berwarna Hitam (Hong Kong)
-
Pemenang 3, Erna Eruna dengan karya
berjudul Seiris Prasangka (Turki).
Selamat buat pemenang
ya! Kalian berhasil mencambuk saya. :D
- Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H dalam sambutannya mengungkapkan bahwa untuk Bilik Sastra Award 2016 mendapat kemajuan. Bila tahun lalu hanya 2 pemenang saja, maka untuk tahun ini ada 3 pemenang yang diundang dan diakomodasi. Selain itu, penyerahan award-nya juga dilakukan di hotel bukan di RRI-nya.
Sambutan Bapak Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H
Pada sesi dialog interaktif yang
bisa didengar di aplikasi RRI World Service yang bisa diunduh di playstore atau streaming http://voi.co.id,
Nova Kasim selaku moderator sempat bertanya kepada juri mengenai kriteria cerpen
yang menjadi juara. Irwan Kelana menjawab, cerpen yang dipilih adalah cerpen
yang memiliki konflik kuat. Dengan membacanya, pembaca seperti terhanyut ke
dalam kisah yang disuguhkan. Selain itu, cerpen yang memiliki pesan moral juga
menjadi satu pertimbangan besar untuk bisa dibacakan dan menjadi nominator.
Seperti cerpen berjudul Ayah yang ditulis oleh Justto Lasoo yang keluar sebagai
pemenang 1. Cerpen tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang tidak tahu di
mana dan wajah Sang Ayah.
Menyaksikan semua acara dari awal
sampai akhir membuat semangat menulis saya kembali berkobar. Pasalnya, entah
mengapa, setibanya kembali ke Tanah Air, saya menjadi kurang produktif menulis.
Bawaannya malassss rrruar biasa. Dikatakan masa transisi dari Hong Kong ke Indonesia?
Enggak juga, sih. Itu mah hanya alasan yang saya buat-buat saja sepertinya.
Tapi yaa, saya gak sepenuhnya menyalahkan diri sendiri. Adakalanya seseorang
itu berada di titik jenuh dalam hidupnya.
Oh, iya, di acara tersebut diundang
pula Kak Ahmad Fuadi lho. Tahu kan, siapa dia? Ya, dia adalah penulis novel 5
Menara yang terkenal itu. Sempat foto bareng, tapi entah di kamera siapa.
Huhuhuhu #nangis kejer.
Tak lupa, Kak Ahmad Fuadi
memberikan tips khusus sukses yang kamu bisa baca dari novel yang pernah
ditulisnya. Apa saja? Simak ya …
1. Man
jadda wa jada, artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
2. Man
shabara zhafira, artinya siapa yang
bersabar maka ia akan beruntung
3. Yang
ini saya lupa kalimatnya bagaimana. Tapi intinya mah tentang kekonsistenan
dalam berusaha.
Jleb banget, bukan? Hati saya sakit
setelah cambukan yang bertubi dari sana sini.
Acara berakhir pukul 14.00 WIB. Satu
hal yang saya rasakan atas acara kemarin adalah syukur. Yang hadir di acara
tersebut itu terbatas dan saya termasuk salah satu yang terbatas itu.
Alhamdulillah banget, kan? Saya jadi berpikir, mungkin inilah cara Allah untuk
memantik semangat saya yang sempat padam. Diawali dengan tulisan ini, saya pun
ingin menulis kembali. Bismillah …
Sekali lagi, selamat ya, untuk para
pemenangnya!
Berikut oleh-oleh dari Hotel Santika Premier
Dari kiri ke kanan : Justto Lasoo, Yesi Armand Sha, Erna Aruna |
Salah satu souvenir: kumpulan cerpen bilik sastra VOI 2015 |
Selpie with Yesi |
Bersama Bunda Pipit Senja |
Kiri ke kanan: Yesi, Mbak Wati, Pak Prapto dan saya yang imut |
Kak Ahmad Fuadi saat menerima plakat kenang-kenangan |
alhamdulilaah beruntung sekali mbak .
ReplyDeleteterima kasi infonya .
oya, pesan A. Fuadi klo ga salah satunya, " Man Saraa ala darbi washola." ada di kitab Mahfudhot .
Hayuuu kirim cerpen terbaiknya. Semoga tahun depan giliran Mbak yang dipajang di situ. Aamiin
Deleteaamiin ...
ReplyDeletecerpen mbk Rina yang masuk 10 besar, udh dshare blog blum? mau baca hehe
Heehhee belum.
ReplyDeleteHeehhee belum.
ReplyDelete