Di
setiap perjalanan yang pernah kita lalui, ada beberapa bagian yang tidak akan
mungkin kita lupakan begitu saja. Beberapa bagian itu bisa kita bagi untuk
diceritakan, beberapa bagian lainnya mungkin ada yang memilihnya untuk disimpan
sebagai kenangan usang saja. Mungkin bagi saya, kamu dan dia, juga kalian, bisa
jadi kenangan adalah alat untuk mendobrak pintu semangat, memotivasi diri agar
menjadi jauh lebih baik lagi. Kekosongan hati yang terisi hangat bahagia,
kesepian yang terisi canda tawa, harapan yang terisi khayal realita, kesedihan
yang terisi rayuan semangat, juga rangkul genggam di setiap suasana. Ya, saat
ini saya sedang mengenang itu semua.
Ketika
mengenang, banyak yang bisa kita lakukan. Kadang orang memilih menapaki
alur-alur cerita flashback dalam benak, ada pula yang memilih mendengarkan lagu atau
film yang akan membangkitkan kenang, bisa juga dengan memandang foto dalam
galeri ponsel atau album di akun jejaring sosial, atau bila rindu sudah
berjejalan di hati dan pikiran, mengadu kepada Sang Pencipta adalah hal terbaik
yang bisa menjadi pilihan.
Awalnya
saya tidak sengaja melakukan perjalanan ini. Dari yang tadinya berniat hanya
mengisi bensin, membeli batagor untuk mengganjal perut lalu kembali ke rumah, namun
praktiknya, saya membawa laju motor ke sebuah masjid yang sangat terkenal, yang
ingin sekali saya menyambanginya sejak dulu. Meski mengadu bisa dilakukan di
mana saja karena Allah Maha Mendengar, nyatanya, sugesti diri menyebabkan saya
berkunjung ke satu tempat. Tempat itu bernama Masjid Kubah Emas.
Ternyata
hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit perjalanan dari kediaman. Masjid Dian
Al Mahri atau yang juga dikenal Masjid Kubah Emas adalah sebuah masjid yang
dibangun di tepi jalan Raya Meruyung, Limo, Depok. Pemiliknya bernama Hj. Dian
Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten, yang telah membeli tanah
tersebut sejak tahun 1996.
Sebelumnya,
pada Rabu pagi tanggal 28 September, saya ke tempat itu. Tapi saya tertegun
ketika mendapati pagar masih digembok. Ternyata, masjid yang bisa menampung
20.000 jamaah itu buka mulai jam 10 pagi dan ditutup kembali jam 8 malam. Lalu saya
kembali pada hari Minggu tanggal 2 Oktober dengan segenap rasa yang tumpah ruah
di dalam dada.
Begitu
memasuki parkiran, suara adzan menggema memenuhi semesta. Angin sore yang
lembut menerpa jilbab yang saya kenakan. Dari parkir motor menuju bangunan
utama, kita bisa berjalan kaki sekitar 10 menit. Sambil menikmati pemandangan
di sekitar yang sejuk, taman-taman tertata rapi, rerumputan hijau yang
membentang, juga pasangan pengunjung yang sayang sekali andai dilewati dengan
tidak mengabadikan moment tersebut melalui kamera.
![]() |
Saya foto dari trotoar dekat tempat parkir |
Ketika tiba di bangunan utama, saya jadi tahu bahwa ada 2 bagian masjid. Maksudnya, pintu masuk pria dan wanita itu dipisahkan. Dari tempat pria, wanita yang hendak memasuki masjid diharuskan berjalan sekitar 5 menit. Sebelum naik ke bangunan, kita terlebih dahulu melepas alas kaki dan menitipkannya di bagian penitipan barang. Uniknya, tempat penitipan barang itu ruangannya ada di bawah tanah. Arsiteknya jeli merancang bangunan agar tidak menggangu kenyamanan dan keindahan bangunan dengan hal sepele tersebut.
![]() |
Tempat penitipan barang di ruang bawah tanah |
![]() |
Aula Bagian Wanita |
Memasuki
dalam masjid, ada dua penjaga wanita di pintu masuk. Mereka menunjukkan kepada
saya tempat meminjam mukena. Ada lemari khusus mukena dan tempat menyimpan
AlQuran. Saya pilih bekas ibu-ibu yang kebetulan sedang dilipat. Sambil
menenteng mukena, saya memilih sholat di depan.
Maha
Suci Allah, masjid ini sungguh luar biasa indah. Ornament di langit-langit
masjid terlihat memukau. Ditambah dengan lampu hias yang menggantung kokoh,
jika diamati, ornament itu serupa dengan ornament yang pernah saya jumpai
ketika saya mengunjungi The Venetian, Macau. Benar saja. Ketika membuka situs
tentang Masjid Kubah Emas, di sana disebutkan bahwa lampu gantung tersebut
sengaja didatangkan langsung dari Italia. The
Venetian also called Little Venice. That’s why …
Gerimis
hampir datang dan rindu yang terobati. Saya pun mengakhiri perjalanan kali ini
dengan hati yang terisi. Sebelum motor yang saya tumpangi melesat ke keluar,
saya tatap kembali bangunan emas tersebut seraya bertekad akan mengunjunginya
kembali. Mungkin tahun ini saya bisa memboyong salah satu dari sahabat saya.
Tahun depannya, saya juga bisa mengajak sahabat yang satunya lagi untuk
berkunjung. Selain itu, saya juga bisa mengajak keluarga kecil saya yang
ditambah angka satu, satu dari napas baru kehidupan. Insya Allah. Aamiin.
![]() |
Tempat Wudhu Bawah Tanah |
![]() |
Taman dilapisi rerumputan hijau |
Epilogue:
ketika di parkiran hendak pulang, ada anak kucing menghampiri saya, mengajak
saya bermain. Saya yang penyuka kucing merasa terberkahi. Hingga motor hendak
melaju pun, kucing berwarna hitam tersebut mengikuti saya dari belakang. Andai
saya punya hak, sebenarnya saya ingin memeliharanya. Tapi takut ibunya mencari.
Semoga saja di kunjungan berikutnya saya masih bisa bertemu kucing itu lagi.
No comments:
Post a Comment