Thursday 8 September 2016

Nay's Berpuisi: Saat Sabit

Saya lupa lho kalo ini malam Jumat.
Yang saya ingat sih bahwa hari ini harus ke rumah Pak RT buat minta surat pengantar bikin e-KTP. Maklum laaah. Sebagai warga yang ingin pelayanan publiknya dipenuhi termasuk proses di KUA (opss), wajib baginya memiliki e-KTP. Saya yang merupakan warga pindahan dari desa seberang, harus sesegera mungkin memiliki kartu pengakuan sakti mandraguna tersebut.
Menuju rumah Pak RW (kata Pak RT minta cop RW), saya melihat bulan sabit yang sinarnya hampir tertutup awan. Jiwa saya yang lebay terpanggil untuk membuat beberapa untai kata. Sebenarnya saya lupa berpuisi. Belum bisa juga ding. Hanya ikut alur hati dan otak saja.
Dan jadilah karya ini.

Saat Sabit

Sabit menyipit di relung sempit
Aku menyusuri gang tempat bayangmu menyatu dengan pekat malam
Sebagian hilang, sebagian tertanam di pelupuk mata
Menyublim bersama jejak yang kautinggalkan
...,pagi itu.

Ahh, malam datang lagi
Perasaan terkoyak merebak
Mimpi panjang tak berujung mencengkeram
Sukma terempas pada arus semu
Berlalu lalang bersama duka
; duka yang aku buat

Sayangnya secangkir kopi yang kubuat terlalu pahit
Sementara sabit, kini tertutup awan mendung

Di jalan itu
Mutsen
20:57
Nay

Apa pendapat kalian tentang puisi di atas? Share opini, yuk!?

No comments:

Post a Comment