Empat Windu
Membangun Bangsaku
Dengan Teknologi, Universitas Terbuka Menjangkau yang Tak
Terjangkau
Masih
teringat jelas di benak saya beberapa tahun yang lalu, saat saya masih bekerja
di Negeri yang katanya menyajikan surga bagi para Buruh Migran Indonesia (BMI),
Hong Kong. Menyadari bahwa saya tidak akan selamanya menjadi ‘abdi dalem’ di negeri orang, sayapun
segera mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas diri menyongsong ‘the real adventures’ di Indonesia. Di samping
membekali diri dengan belajar informal, impian saya sejak 10 tahun yang lalu
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi itu tetap berkorbar di
dada.
Hal
inilah yang melandasi saya memilih Universitas Terbuka sebagai alternatif utama
memperoleh pendidikan formal. Saya sendiri sudah mengamati sepak terjang
Universitas Terbuka di Hong Kong sejak tahun 2013. Namun baru bisa bergabung
dengan Universitas Terbuka Pokjar Hong Kong Non Sipas di masa registrasi
2014.2, jurusan Akuntansi.
Mahasiswa UTHK Non Sipas selepas UAS 2016.1 |
Jika ada yang bilang usia masih menjadi
hambatan dalam menempuh pendidikan, jika ada yang masih memandang sebelah mata
terhadap TKI/BMI khususnya BMI HK, itu semua non sense. Universitas Terbuka seperti memberikan secercah pembuktian
kepada dunia bahwasanya BMI HK pun berpendidikan dan bermartabat. Sebab terbuka
di sini berarti mahasiswa yang mendaftar tak perlu merisaukan masalah usia,
tempat tinggal, profesi, tahun kelulusan ijazah SMA/sederajat, waktu belajar,
masa registrasi dan cara belajar mahasiswa. Semua lapisan masyarakat berhak memiliki
kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Di
saat dulu pembelajaran konvensional atau tatap muka antara dosen dan mahasiswa
menjadi satu-satunya cara, kini dengan hadirnya proses pembelajaran berbasis
internet yang UT sodorkan, proses belajar mengajar semakin mudah dan fleksibel.
Mahasiswa tak perlu datang ke kelas untuk belajar, juga tak perlu bingung
membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah. Yang perlu dilakukan adalah dengan
mengakses www.ut.ac.id untuk informasi lebih lanjut atau di saat ponsel
berbasis android sudah mewabah, akses internet bisa dilakukan di mana pun dan
kapan pun, sebisa dan sesering mungkin aktif mengikuti tutorial online yang bisa diakses di
elearning.ut.ac.id guna memperoleh maksimal 30% kontribusi terhadap nilai akhir
semester.
Selain
itu, skema pelayanan dan pembelajaran di UT juga sangat fleksibel. UT
mengoptimalkan beragam media pembelajaran mulai dari media cetak (modul) maupun
media elektronik (audio, video, radio, televisi dan internet) untuk membantu
mahasiswanya dalam memahami materi pembelajaran.
Tentunya
tidak ada sesuatu yang sempurna. Di awal-awal masa tutorial online, saya dan
beberapa teman merasa kurang puas dengan pelayanan tutor dalam menanggapi
tutorial. Saya banyak mengamati pertanyaan dari teman mahasiswa yang tidak
ditanggapi bahkan diabaikan begitu saja. Meski sudah dijawab oleh teman-teman
yang lain di kelas tersebut, namun partisipasi aktif tutorlah yang kami
harapkan. Baru ketika suatu hari mengadakan pertemuan dengan Bapak Drs. Maximus Gorky
Sembiring, M.Sc selaku Ketua UPBJJ LN yang menaungi pokjar Non Sipas Hong Kong, saya
pun mengetahui alasan mengapa terjadi demikian. Setelahnya, saya merasa
bersyukur karena di semester selanjutnya, para tutor mulai aktif memberikan
tanggapan mahasiswanya di tutorial online.
Ini membuktikan bahwa Universitas Terbuka senantiasa berusaha dan memerhatikan
keinginan mahasiswanya yang haus akan ilmu pendidikan.
Ada
2 jenis paket di UT yang bisa dipilih oleh calon mahasiswa, antara lain: 1).
Paket Sipas adalah sistem pemaketan mata kuliah yang dirancang untuk membantu
mahasiswa dalam menentukan mata kuliah yang akan diregistrasikan dan
terintegrasi dengan layanan Tutorial Tatap Muka (TTM) serta penyediaan bahan
ajar. 2). Paket Non Sipas adalah sistem pengambilan mata kuliah secara satuan
tanpa mengikuti pemaketan dan tidak terintegrasi dalam layanan TTM serta
penyediaan bahan ajar.
Meskipun
skema paketan yang saya ambil adalah Non Sipas, yang dalam hal ini adalah tanpa
TTM, beli bahan ajar sendiri dan lebih bertumpu kepada belajar sendiri, namun
karena Hong Kong dan segala kecanggihan teknologi yang tersedia membawa
mahasiswa pada kemudahan-kemudahan mengakses ilmu dari mesin pencari di
internet. Proses pembelajaran jarak jauh yang UT sodorkan memang cocok buat
kami yang sedang berada di perantauan, juga dengan jenis pekerjaan yang lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah majikan.
Kini
saya sudah pulang ke Indonesia. Belajar di UT, di mana pun berada, seumpama
tidak bekerja lagi di Hong Kong, kita bisa melanjutkan kuliah tanpa harus
merasa takut pending yang berarti
membuang waktu dengan tidak melanjutkan kuliah. Kita bisa memilih kantor Unit
Pembelajaran Jarak Jauh (UPBJJ) yang terdekat dengan lokasi tempat tinggal
kita. UPBJJ adalah unit pelaksana teknis UT di daerah. Adapun fungsi dan tugas
UPBJJ-UT adalah sebagai tempat mahasiswa untuk melakukan kegiatan administratif
akademik dan kegiatan akademik.
Sehingga
terhitung sejak 1 Juli 2016, saya berniat melanjutkan studi di Indonesia,
tepatnya pindah dari UPBJJ Luar Negeri ke UPBJJ Bogor tentunya dengan biaya
lebih murah bila dibandingkan ketika saya masih terdaftar sebagai mahasiswa UT
di Hong Kong. FYI, dengan diresmikannya UPBJJ Tarakan, UT telah memiliki 40
unit layanan yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia, lho. Semakin
memudahkan masyarakat Indonesia untuk menambah ilmu pengetahuan dan pendidikan,
bukan?
Perbedaan
yang mencolok antara Hong Kong dan Indonesia mulai saya rasakan adalah seputar
internet. Namun saya tidak lantas berkecil hati. Sebab ternyata, bagi mahasiswa
aktif Universitas Terbuka bisa menggunakan layanan wifi.id corner yang
disediakan oleh PT. Telkom Indonesia. Mahasiswa UT bisa mengakses layanan ini
di pusat keramaian seperti mall, bandara, stasiun, dll. Ini mengingatkan saya terhadap
freewifi-nya Hong Kong. Sambil belajar, minum kopi? Why not! Toh, segala sesuatunya
membutuhkan pengorbanan.
Screen Shoot tata cara penggunaan wifi.id |
Sebagai
pembuktian diri mengikuti arus mobilisasi dan globalisasi. UT selalu pintar
memanfaatkan celah teknologi dalam melayani kebutuhan mahasiswanya. Seperti
yang sudah saya singgung sebelumnya, saat ponsel berbasis android sudah
mewabah, UT menargetkan kemudahan akses pembelajaran melalui ponsel pintar.
Mahasiswa dapat mengunduh aplikasi UT Online di playstore. Lewat aplikasi ini, mahasiswa dapat mengakses materi
kuliah, perpustakaan digital, memeriksa nilai secara daring, mengenal teman
sekelas dan ujian secara daring.
Bahkan
baru-baru ini, untuk memberikan kemudahan pembayaran biaya pendidikan
mahasiswa, Bank BTN dan Universitas Terbuka bekerja sama dengan PT. Sumber
Alfaria Trijaya, Tbk. (Alfa Group). Dengan ditandatanganinya perjanjian
kerjasama antara UT dan BTN pada tanggal 2 Mei 2016 lalu di Universitas Terbuka
Convention Center (UTCC) maka resmilah transaksi dapat dilakukan secara tunai
di Kantor Pos, Loket Bank BTN dan ATM BTN di seluruh Indonesia. Pembayaran uang
kuliah juga bisa dilakukan secara tunai di 12.000 gerai Alfa Group. Cukup
dengan menunjukkan Lembar Informasi Pembayaran (LIP) dan mahasiswa UT bisa
menikmati pembayaran praktis, nyaman dan aman. Saya yang baru menetap kembali
di Tanah Air tak perlu merasa risau dalam melanjutkan kuliah.
Dengan
berbagai inovasi dan kemudahan baik dari segi pelayanan maupun fasilitas yang
disodorkan, jangankan saya, wajar saja jika di tahun ke 32 Universitas Terbuka berkembang
kini menjadi pilihan anak muda dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi. Namun ada hal utama yang harus kita lakukan demi menunjang sistem UT
yang berbasis internet adalah agar jangan sampai kita buta teknologi. Sebab
bila kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan, maka kita akan
terlindas oleh zaman dan tertinggal jauh di belakang.
Seperti
UT yang selalu berusaha menjangkau yang tak terjangkau, bersama UT kita
menjangkau cita-cita yang sebelumnya seperti tak terjangkau.
Referensi:
http://www.ut.ac.id
“Tulisan
ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka
memperingati HUT Universitas Terbuka ke-32. Tulisan adalah karya saya sendiri
dan bukan hasil jiplakan.”
No comments:
Post a Comment